Ditengah pandemi virus corona dan tahun ini, bumi merayakan 50 tahun perayaan Hari Bumi. Menurut Mohammad Darvish, seorang anggota dari Dewan Keamanan Nasional untuk lingkungan, hari ini bumi merayakan kondisi terbaiknya dalam setengah abad.
Bahkan tak hanya itu saja pernyataan itu merujuk pada dampak wabah virus corona yang mengakibatkan penyebaran penyakit Covid-19 di seluruh dunia.
Dilansir dari Tehran Times, sejak awal 2020, banyak orang mengalami hal tak terduga. Untuk pertama kalinya secara berturut-turut, emisi gas rumah kaca, konsumsi bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat dan laut secara drastis telah menurun.
Tak hanya itu saja bahkan keadaan tersebut membuat emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 menjadi sama kondisinya dengan 1990-an, yaitu 30 tahun yang lalu.
Keadaan tersebut membuat emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 menjadi sama kondisinya dengan 1990-an, yaitu 30 tahun yang lalu.
Menurut Darvish, menurunnya pergerakan manusia di alam dan lingkungan luar ruangan secara signifikan mulai mengurangi jumlah polusi suara dan gempa bumi.
Gerakan dan kegiatan konstruksi semacam tambang juga memberi dampak tekanan pada kerak luar bumi.
Bahkan tak hanya itu saja pasalnya sejak wabah virus corona merebak, hampir semua operasional tersebut dihentikan. Akibatnya, tidak ada gempa yang disebabkan manusia, dan ahli geologi dapat lebih mudah melakukan riset dan studi mereka.
Darvish juga mencatat beberapa kondisi bumi yang membaik akibat penyebaran wabah virus corona dan dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Efek wabah virus corona pada lapisan ozon
Komponen paling penting yang menyebabkan lapisan ozon berlubang adalah penggunaan gas chlorofluorocarbon (CFC) yang digunakan di dalam kulkas dan semprotan.
Menurut Darvish, untungnya, gas-gas ini belum digunakan selama bertahun-tahun, itulah sebabnya lapisan ozon telah diperbaiki selama lebih dari satu dekade.
Ada laporan bahwa pergerakan satelit, pesawat terbang, rudal dan kegiatan semacam itu juga dapat mempengaruhi lapisan ozon. Beberapa di antaranya secara alami telah menurun tajam selama dua bulan terakhir.
2. Meningkatnya keanekaragaman hayati
Menurut Darvish, menurunnya keberadaan manusia di daerah dan habitat alami sejak pandemi virus corona, membuat kehidupan satwa liar meningkat secara drastis.
Dampak positif dari wabah virus corona lainnya terkait keanekaragaman hayati adalah berkurangnya wisatawan di habitat alami.
Industri pariwisata yang menurun tajam membuat aktivitas seperti berkemah dan berwisata di habitat alami satwa liar berkurang drastis dan mengurangi kebakaran hutan.
Mengapa ketidakhadiran manusia menjadi sifat alami?
Bahkan tak hanya itu saja wabah virus corona telah membuat bumi 'mampu bernapas lebih dalam'. Itulah mengapa ketidakhadiran manusia justru mmebuat kondisi alam membaik.
Menurut Darvish, bayangkan jika hewan lebah dikeluarkan dari habitat alami. Integritas properti lingkungan bumi, reproduksi banyak spesies dan manusia sendiri akan rusak.
Bahkan Darvish juga mengatakan bahwa mengapa kini manusia yang menganggap dirinya makhluk terbaik dan semestinya bertanggung jawab, telah berbuat sedemikian rupa tak memiliki peran positif kepada alam dan bumi?
"Saya berharap kejadian seperti itu memberikan pelajaran untuk mengubah program pembangunan kami yang mendukung alam dan mencoba memahami hukum alam, alih-alih menghabiskan anggaran untuk perang, senjata yang lebih besar dan lebih mengerikan," kata Darvish.