Hari ini Selasa 21 April 020, masyarakat Indonesia akan memperingati hari bersejarah, yaitu Hari Kartini.
Tak hanya itu saja bahkan Hari Kartini merupakan hari yang didedikasikan untuk salah satu pahlawan nasional wanita Indonesia, yaitu Raden Ajeng Kartini.
Bahkan pada selama hidupnya, Kartini menjadi sosok pahlawan perempuan yang banyak menginspirasi serta gigih memperjuangkan hak asasi perempuan.
Memperingati Hari Kartini, berikut beberapa fakta menarik tentang sosok Raden Ajeng Kartini:
1. Raden Ajeng Kartini atau Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, 21 April 1978.
Semasa hidupnya, Kartini merupakan salah satu tokoh dari tanah Jawa yang ikut membela tanah air.
Sebagai pelopor bangkitnya semangat wanita, Kartini merupakan anak ke 5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri.
Bahkan dari semua saudara kandungnya, Kartini adalah anak perempuan tertua.
2. Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat adalah ayah dari kartini yang merupakan seorang patih yang diangkat menjadi Bupati Jepara tak lama setelah Kartini lahir.
Kartini adalah putri dari istri pertamanya, tetapi bukan istri utama karena M. A. Ngasirah, ibu dari Kartini, bukanlah seorang bangsawan.
Peraturan kolonial saat itu mewajibkan seorang bupati harus beristerikan seorang bangsawan.
Maka, ayah Kartini menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam) yang merupakan keturunan langsung raja Madura.
3. Saat usianya 24 tahun, Kartini menikah dengan seorang pria bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.
Selama pernikahannya, Kartini hanya dikaruniai seorang anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat, yang lahir pada tanggal 13 September 1904.
Oleh orang tuanya, Kartini diminta menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan bupati Rembang, yang sudah pernah memiliki tiga orang istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.
Suaminya mengerti keinginan Kartini, sehingga Kartini diberi kebebasan dan didukung secara penuh untuk mendirikan Sekolah Wanita yang terletak di timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.
4. Kartini melihat perjuangan wanita demi memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum, sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Berkat kegigihannya, didirikanlah Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada tahun 1912.
Menyusul kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainya.
Yayasan Kartini ini didirikan oleh Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
5. Setelah Kartini wafat, J.H. Abendanon mengumpulkan surat-surat R.A. Kartini yang dulu pernah dikirimkan pada teman-temannya di Eropa.
Abendanon merupakan Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.
Buku itu diberi judul dalam bahasa Belanda "Door Duisternis tot Licht", yang artinya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.
Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada tahun 1911.
Kemudian pada tahun 1938, keluarlah "Habis Gelap Terbitlah Terang" versi Armijn Pane.
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar.
Pada perkenalan dengan Estelle “Stella” Zeehandelaar, Kartini pernah mengungkapkan keinginanya untuk menjadi seperti kaum muda Eropa.
Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkuman adat, tidak bisa sekolah, harus dipingit, bahkan dipaksa menikah dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
6. Beberapa hari setelah melahirkan, pada tanggal 17 September 1904, Kartini Meninggal dunia pada usia 25 tahun.
Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.
Sampai sekarang makam Kartini masih sering dikunjungi oleh banyak wisatawan yang sedang berlibur di Rembang.
7. Pada tahun 2017, tokoh Kartini diangkat kisahnya menjadi film layar lebar dengan judul "Kartini" oleh sutradara kondang, Hanung Bramantyo.
Sebenarnya ini bukan kali pertama film layar lebar yang mengangkat tokoh besar R.A. Kartini.
Sebelumnya pada 1984, telah dibuat sebuah film dengan judul "Biografi R.A. Kartini" dan pada 2016 sebuah film kisah fiksi asmara Kartini dengan judul "Surat Cinta untuk Kartini".
Film Kartini oleh Hanung Bramantyo ini dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Reza Rahadian, Acha Septriasa, Ayushita, Deddy Sutomo, Christine Hakim, dan Adinia Wirasti.
8. Memasak merupakan salah satu kegemaran Kartini.
Kartini juga sering memasak untuk diplomasi, dan menunjukan seperti apa peradaban Jawa dimata Belanda.
9. Kartini hanya diperbolehkan sekolah sampai jenjang ELS (Europese Lagere School).
10. Nama Kartini diabadikan menjadi empat nama jalan raya di Belanda, yaitu di Amsterdam, Utretch, Veerlo dan Harleem.
11. Semasa hidupnya, Kartini juga menjadi juru dakwah dengan mengenalkan agama Islam.
Kartini selalu berusaha memberikan wajah yang baik tentang Islam kepada dunia.
Ia juga kerap membawa cerita-cerita tentang ajaran Islam dalam setiap korespondensinya.
Kartini bahkan pernah mengirim surat dan foto Paus dengan bingkai ukiran Jepara kepada Mr. Abendanon.