Uis Gara atau Uis Adat Karo adalah pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan adat dan budaya Suku Karo dari Sumatera Utara. Selain digunakan sebagai pakaia resmi dalam kegiatan adat dan budaya, pakaian ini sebelumnya digunakan pula dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Karo.
Kata Uis Gara sendiri berasal dari Bahasa Karo, yaitu Uis yang berarti kain dan Gara yang berarti merah. Disebut sebagai "kain merah" karena pada Uis Gara warna yang dominan adalah merah, hitam, dan putih, serta dihiasi pula berbagai ragam tenunan dari benang emas dan perak.
Secara umum Uis Gara terbuat dari bahan kapas yang kemudian dipintal dan ditenun secara manual dan diwarnai menggunakan zat pewarna alami. Cara pembuatannya tidak jauh berbeda dengan pembuatan songket, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.
Pada awalnya kegunaan Uis Gara, yaitu dibuat untuk dipakai sehari-hari oleh kalangan perempuan Karo. Namun saat ini Uis Gara hanya digunakan di setiap upacara adat dan budaya Karo. Baik yang dilaksanakan di daerah Karo sendiri, maupun di luar daerah Karo, selebihnya kerap juga ditemukan dalam bentuk suvenir berupa tas, dasi, gorden, ikat pinggang, sarung bantal, dan lain sebagainya.
Nah, correcto.id berhasil merangkum jenis-jenis uis dari Adat Karo, simak berikut ini:
1. Uis Beka Buluh
Uis Beka Buluh (foto: bekabuluh)
Uis Beka Buluh berukuran 166 X 86 cm ini memiliki ciri Gembira, Tegas dan Elegan. Kain Adat ini merupakan simbol wibawa dan tanda kebesaran bagi seorang Putra Karo.
Kegunaan daru Uis Beka Buluh ini sebagai Penutup Kepala. Pada saat Pesta Adat, Kain ini dipakai Pria/putra Karo sebagai mahkota di kepalanya pertanda bahwa untuk dialah pesta tersebut diselenggarakan.
Kain ini dilipat dan dibentuk menjadi mahkota pada saat Pesta Perkimpoian, Mengket Rumah (Peresmian Bangunan), dan Cawir Metua (Upacara Kematian bagi Orang Tua yang meninggal dalam keadaan umur sudah lanjut).
Sebagai Pertanda (Cengkok-cengkok/Tanda-tanda) yang diletakkan di pundak sampai ke bahu dengan bentuk lipatan segi tiga.
Sebagai Maneh-maneh. Setiap putra karo dimasa mudanya diberkati oleh Kalimbubu (Paman, Saudara Laki-laki dari Ibu, Pihak yang dihormati) sehingga berhasil dalam hidupnya.
Pada Saat kematiannya, pihak keluarga akan membayar berkat yang diterima tersebut dengan menyerahkan tanda syukur yang paling berharga kepada pihak kalimbubu tadi yakni mahkota yang biasa dikenakannya yaitu Uis Beka Buluh.
2. Uis Jongkit Dilaki (Laki-laki)
Uis Jongkit Dilaki (foto: Tanah Karo Simalem)
Uis Gatip Jongkit dilaki (laki-laki) berukuran 172 x 96 cm menunjukkan karakter kuat dan perkasa.
Penggunaan sebagai pakaian luar bagian bawah untuk Laki-laki yang disebut gonje (sebagai kain sarung). Kain ini dipakai oleh Putra Karo untuk semua upacara Adat yang mengharuskan berpakaian Adat Lengkap.
3. Uis Jongkit Diberu (Perempuan)
Uis Gatip Jongkit (foto: wisata danau toba)
Uis Gatip Jongkit Diberu (perempuan) berukuran 164 x 96 cm menunjukkan karakter Teguh dan Ulet.
Penggunaan dari uis ini sebagai Penutup Kepala wanita Karo (tudung) baik pada pesta maupun dalam kesehariannya. Dan untuk beberapa daerah, diberikan sebagai tanda kehormatan kepada kalimbubu pada saat wanita Karo meninggal Dunia (Maneh-maneh dan morah-morah).
4. Uis Nipes Padang Rusak
Uis Nipes Padang Rusak (foto: pinterets)
Uis Nipes Padang Rusak berukuran 146 x74 cm ini dipakai untuk selendang wanita pada pesta maupun dalam sehari-hari.
5. Uis Nipes Benang Iring
Uis Nipes Benang Iring (foto: kami batak)
Uis Nipes Benang Iring berukuran 154 x 62 cm ini dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat duka cita.
6. Uis Ragi Barat atau Ragi Mbacang
Uis Ragi Barat atau Ragi Mbacang (foto: wisata danau toba)
Uis Ragi Barat atau Ragi Mbacang berukuran 144 x 65 cm ini kegunaannya dipakai untuk selendang wanita pada upacara yang bersifat sukacita maupun dalam keseharian. Dan lapisan luar pakaian wanita bagian bawah (sebagai kain sarung) untuk kegiatan pesta sukacita yang diharuskan berpakaian adat lengkap.
7. Uis Jujung-jujungen
Uis Jujung-jujungen (foto: blog seputar karo)
Uis Jujung-jujungen berukuran 120 x 54 cm ini dipakai hanya untuk lapisan paling luar penutup kepala wanita
(tutup tudung) dengan umbai-umbai emas pada bahagian depannya.
8. Uis Nipes Mangiring
Uis Nipes Mangiring (foto: kami batak)
Uis Nipes Mangiring berukuran 148 x 64 cm ini dipakai wanita Karo sebagai selendang bahu dalam upacara adat duka cita.
9. Uis Teba
Uis Teba (foto: gurky)
Uis Teba berukuran 146 x 84 cm ini dipakai wanita Karo lanjut usia sebagai tutup kepala (tudung) dalam upacara yang bersifat duka cita.
Pada beberapa daerah, kain ini dijadikan sebagai tanda rasa hormat kepada Kalimbubu (Maneh-maneh) pada saat orang yang sudah lanjut usia meninggal.
10. Uis Pementing
Uis Pementing (foto: kami batak)
Uis Pementing berukuran 168 x 72 cm ini dipakai Pria Karo sebagai ikat pinggang (benting) pada saat berpakaian adat lengkap dengan menggunakan Uis Julu sebagai kain sarung.
11. Uis Ari Teneng
Uis Ari Teneng (foto: wisata danau toba)
Uis Ari Teneng berukuran 140 x 84 cm ini berguna alas pinggan pasu yang dipakai pada waktu penyerahan mas kimpoi. Alas piring makan pengantin saat makan bersama dalam satu piring pada malam hari usai pesta peradatan (man nakan persadan tendi/mukul).
12. Uis Kelam-kelam
Uis Kelam-kelam (foto: kami batak)
Uis Kelam-kelam berukuran 169 x 80 cm ini bukan kain tenun manual, tapi hasil pabrik tekstil yang dicelup warna hitam menggunakan pewarna alami.
kegunaan dari kain ini untuk penutup kepala wanita Karo (tudung teger) waktu pesta adat dan pesta guro-guro aron.
Kain ini juga digunakan sebagai tanda penghormatan kepada puang kalimbubu pada saat wanita lanjut usia meninggal dunia (morah-morah).
Nah, itulah jenis-jenis dari Uis Karo dan kegunaannya. Semoga bermanfaat!