AE Priyono meninggal dunia di Rumah Sakit Kramatjati, Jakarta, Minggu 12 April 2020. Aktivis Pro-Demokrasi itu dikabarkan meninggal karena diduga terjangkit Virus Corona (Covid-19). Sebelum menghembuskan nafas terakhir, AE Priyono mengalami gejala persis dengan Covid-19, yakni Demam, batuk, sesak nafas, dan lemah.
Berbeda dengan kabar yang beredar, menurut Pakar Hukum Tata Negara itu, AE Priyono meninggal karena penyakit pneumonia, bukan karena Covid-19 yang telah membunuh lebih dari 300 orang di Indonesia.
"AE Priyono wafat hari ini karena pneumonia. Ia seorang editor, penulis dan intelektual sejak zaman jayanya LP3ES. Saya kehilangan seseorang yang selalu berpikir kritis dengan semangat kecintaan kepada Islam yang tak pernah padam. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu," tulis Yusril melalui akun Twitter pribadinya, Minggu 12 April 2020.
Pneumonia atau lebih dikenal dengan sebutan paru-paru basah merupakan istilah medis yang menggambarkan suatu kondisi penyakit paru-paru yang tergolong ringan hingga serius tetapi dapat mengancam nyawa. Penyakit pneumonia dikatakan serius jika terjadi pada bayi dan anak-anak, orang tua di atas usia 65 tahun, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Apa itu pneumonia?
Pneumonia merupakan suatu kondisi penyakit yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan pada salah satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara (alveolus, jamak: alveoli). Infeksi tersebut dapat terjadi akibat berbagai bakteri, virus, dan jamur yang menyerang organ paru-paru dan menyebabkan paru-paru penuh dengan air atau lendir.
Tak hanya itu saja bahkan pada kasus pneumonia, kantung udara akan terisi cairan atau nanah sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat dialami siapa saja, termasuk bayi, anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
Selain itu, penyakit pneumonia akan lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki kebiasaan merokok, penderita kanker yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi, atau menderita penyakit tertentu seperti asma, diabtes, gagal jantung, hingga HIV/AIDS.
Penyebab pneumonia
Ada banyak kemungkinan penyebab pneumonia, tetapi yang paling sering terjadi biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur dari udara yang dihirup. Pneumonia sendiri dapat menular dengan mudah melalui udara dan biasanya penularan terjadi ketika penderita pneumonia batuk atau bersin.
Klasifikasi pneumonia secara umum didasarkan pada jenis kuman penyebab penyakit, cara penularan, dan asal penyebab. Berikut ini penyebab pneumonia beserta jenisnya:
1. Community-acquired pneumonia
Pneumonia komunitas adalah jenis pneumonia yang paling sering terjadi akibat faktor lingkungan. Hal ini bisa terjadi di luar rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya.
2. Hospital-acquired pneumonia
Pneumonia nosokomial yang didapat di rumah sakit adalah infeksi bakteri yang terjadi pada orang yang selama 48 jam atau lebih dirawat di rumah sakit karena penyakit lain. Jenis pneumonia ini bisa lebih serius karena biasanya bakteri penyebab penyakit lebih resisten (kebal) terhadap antibiotik.
3. Health care-acquired pneumonia
Pneumonia jenis ini umumnya didapatkan dari penggunaan fasilitas kesehatan jangka panjang seperti ventilator dan bisa juga dialami oleh orang-orang yang dirawat di klinik rawat jalan, termasuk pusat-pusat dialisis ginjal atau rumah sakit khusus pasien pneumonia.
4. Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi terjadi ketika seseorang menghirup bakteri dari makanan, minuman, muntahan, atau air liur yang kemudian masuk ke dalam paru-paru. Pneumonia aspirasi biasanya terjadi pada penderita gangguan sistem saraf, gangguan mengunyah, serta orang yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol.
Gejala pneumonia
Tanda-tanda atau gejala pneumonia bervariasi mulai dari gejala ringan hingga berat, tergantung dari beberapa faktor seperti jenis kuman penyebab, usia penderita, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Tanda-tanda dan gejala pneumonia yang ringan seringkali mirip dengan gejala flu atau pilek biasa (common cold), di antaranya sakit demam, batuk, dan pilek. Namun gejala pneumonia tersebut cenderung bertahan lama dan tak kunjung sembuh.
Ciri-ciri dan gejala pneumonia, antara lain:
1.Demam, berkeringat, dan menggigil
2.Suhu tubuh lebih rendah dari normal terutama pada orang di atas usia 65 tahun dan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
3.Batuk berdahak dengan lendir yang tebal dan kental
4.Nyeri dada saat bernapas atau ketika batuk
5.Sesak napas (nafas cepat)
6.Kelelahan dan nyeri otot
7.Mual, muntah, atau diare
8.Sakit kepala
Beberapa gejala tersebut biasanya berlangsung selama 24-48 jam pada penderita pneumonia, tetapi kondisi tersebut juga bisa bergantung pada kondisi kesehatan masing-masing orang. Pada anak di bawah usia 5 tahun, gejala pneumonia juga menyebabkan nafas menjadi tidak teratur dan lebih cepat.
Pencegahan Pneumonia
Meski ada banyak penyebab pneumonia tetapi ada pula beberapa hal yang dapat membantu mencegah pneumonia. Utamanya adalah dengan pemberian vaksin untuk membunuh bakteri penyebab pneumonia dan juga vaksin influenza. Vaksin ini terutama diberikan untuk orang-orang berisiko tinggi seperti penderita diabetes, asma, dan masalah kesehatan lainnya yang parah atau kronis.
Pemberian vaksinasi untuk menghindari pneumonia akan lebih efektif bila diberikan pada anak sejak usia di bawah 2 tahun. Namun tak perlu khawatir, beberapa jenis vaksin lainnya juga tersedia untuk anak usia 2-5 tahun. Selain vaksin, penerapan pola hidup sehat juga penting dilakukan untuk mencegah pneumonia dan menjaga daya tahan tubuh, yaitu dengan cara:
1.Rajin cuci tangan
2.Tidak merokok
3.Istirahat cukup
4.Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang