Makam jenazah pasien virus corona
di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang viral ditolak warga dibongkar dan
dipindahkan.
"Tadi dilaksanakan
pembongkaran sekitar pukul 08.00 WIB. Tadi siang (jenazah) sudah dibawa,"
kata Kepala Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Karyoto di
kantornya, Rabu 1 April 2020.
Kejadian yang membuat turunnya Bupati
Banyumas, menghasilkan kesepakatan, yaitu membongkar makam tersebut.
Diketahui, terlihat ambulans pelat
merah bernopol H-9507-TG yang bertuliskan 'Pemerintah Provinsi Jawa Tengah RSUD
Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto' dalam video yang viral di media sosial.
Sebelumnya, viral video warga
menolak pemakaman jenazah Covid-19 di instagram yang diunggah oleh akun
@ndorobeii.
Akun tersebut menuliskan
keterangan 'Pemakaman 2 Jenazah yang positif corona dimakamkan di pekuncen kab
banyumas tanpa seizin warga lalu ditolak warga , info karena bukan warga asli
setempat.
Dalam video tersebut warga
mengerumuni ambulan yang membawa pasien tersebut dan menolak pemakaman di
wilayahnya. Bupati Banyumas Achmad Husein dan polisi yang tengah memberikan
penjelasan juga terlihat dalam video tersebut.
Karyoto membenarkan adanya peristiwa
tersebut. Menurutnya, alasan warga menolak pemakaman tersebut adalah karena
warga merasa dibohongi.
"Alasan penolakan, warga
dibohongi oleh petugas. Kemarin Selasa siang itu banyak kendaraan pelat merah
kliweran (berseliweran) ke sana (lokasi), mencari temu, mencari posisi. Kami
sama sekali tidak ada informasi dan pemberitahuan ke pemerintah desa. Tahu-tahu
tadi malam itu listrik mati, apakah sengaja dimatikan atau tidak, kami tidak
tahu yang jam 7 itu (19.00). Kemudian setelah itu datang dua ambulans dan
sekitar enam mobil dinas lainnya," jelasnya.
Karyoto mengungkapkan, warga
terkejut saat tahu jika itu merupakan prosesi pemakaman jenazah Covid-19,
hingga akhirnya warga menolak pemakaman tersebut.
Alasan lain adalah karena
pemakaman tersebut berlokasi di perbatasan Desa Tumiyang dan Desa Karang Tengah
yang dekat dengan pemukiman warga.
"Dekat dengan perkampungan
warga kami, khususnya yang di RT 4/5, kurang-lebih ada 100 meteran. Ini yang
menyulut kemarahan masyarakat. Imbauan-imbauan dari pemerintah sudah
diikuti-dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat kami, tapi sebaliknya dari
pemerintah juga justru seperti itu," kata Karyoto.
Kemudian warga langsung menutup
jalan dan menuntut agar makam tersebut dipindahkan.
"Mobil itu tidak boleh
keluar. Tuntutan masyarakat harus dipindah makamnya, itu jangan di situ
digali," ujarnya.