Holding BUMN farmasi menegaskan kesiapannya untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan (alkes) untuk masyarakat saat ini. Holding yang terdiri atas PT Bio Farma (Persero) sebagai induk dan PT Kimia Farma (Persero) serta PT Indo Farma (Persero) sebagai anggota menyampaikan ketersediaan obat dan alkes saat ini masih mencukupi.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan stok obat dan alkes yang saat ini dimiliki holding BUMN farmasi telah disampaikan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Verdi tak bisa mengungkap jumlah stok obat dan alkes lantaran adanya komitmen antara Kemenkes dan industri farmasi nasional untuk membuka data kepada umum.
"Posisi produk untuk obat-obatan yang terutama yang kita sajikan dalam obat esensial itu kami dalam posisi mencukupi. Kami meyakinkan ke masyarakat, sampai saat ini tidak perlu panik, obat-obatan (masih) banyak," ujar Verdi kepada wartawan, Rabu 18 Maret 2020.
Dia juga memastikan ketersediaan bahan baku untuk obat dan alkes masih dalam taraf aman. Kemudian, Verdi juga menyampaikan holding BUMN farmasi telah melakukan antisipasi menyikapi terhambatnya pasokan bahan baku dari Cina lantaran Korona. Holding BUMN farmasi telah mencari alternatif bahan baku dari luar India.
"Menyangkut alternatif, kita melakukan pembelian pengadaan bahan baku, sampai sejauh ini pengiriman bahan baku dari India masih berjalan lancar, bahkan beberapa di negara lain seperti Korsel mendukung kita dan Eropa juga," kata Verdi.
Tak hanya mengandalkan pasokan bahan baku impor, lanjut Verdi, BUMN farmasi juga mengoptimalkan pembelian bahan baku yang ada dari distributor dalam negeri.
"Ada pedagang besar Farmasi khusus untuk bahan baku. Mereka mempunyai banyak stok, kita juga ambil dari situ, artinya sampai sekarang masih aman," ucap Verdi.
Verdi menambahkan, holding BUMN farmasi juga mengoptimalkan sumber daya dalam membantu penanganan corona. Dia menyebut holding BUMN farmasi memiliki rantai jaringan dari hulu ke hilir, termasuk total 13 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Verdi menyampaikan setiap BUMN farmasi telah memiliki tugas masing-masing. Ia memerinci tugas Bio Farma yang membuat produk vaksin dan bioteknologi, Indo Farma yang fokus dalam produksi obat-obatan herbal dan alkes; serta pabrik Kimia Farma yang membuat obat-obatan chemical.
"KFTD ada 48 cabang distributor, IGM sekitar 25 sampai 30 cabang. Total 70-an cabang distributor dari Sabang sampai Merauke," lanjut Verdi.
Selain pasokan obat-obatan, kata Verdi, stok masker di Kimia Farma juga masih mencukupi. Verdi menyampaikan Kimia Farma selama Februari telah mendistribusikan sebanyak 8,7 juta lembar masker ke gerai ritel atau apotek milik perseroan. Kimia Farma akan terus mendistribusikan masker pada Maret sebanyak Rp 4,7 juta masker.
"Sampai (Selasa) kemarin, kita sudah distribusikan 1,7 juta lembar masker dan sudah terserap di masyarakat. Sampai akhir Maret, kita masih mampu distribusi 3 juta masker," ungkap Verdi.
Verdi menyampaikan pasokan masker datang dari anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan 31 produsen masker di dalam negeri lainnya. Hal ini lantaran Kimia Farma belum memiliki fasilitas untuk memproduksi masker.
"Selain dari RNI, masih ada 31 produsen (masker) lainnya di dalam negeri, kita ambil dari situ. Tidak hanya Kimia Farma, tapi juga rumah sakit dan apotek lainnya," tutupnya.