Setelah 53 tahun berlalu, tepatnya pada tanggal 11 Maret 1966 isi surat Supersemar hingga kini masih menyisakan banyak misteri. Sampai saat ini masih banyak kabar yang masih simpang siur terkait isi dari surat Supersemar yang kini menimbulkan banyak pertanyaan.
Supersemar sendiri merupakan (Surat Perintah Sebelas Maret) yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. penyerahan mandat kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto pada 11 Maret 1966. Merupakan Penyerahan mandat kekuasaan ini yang dilatarbelakangi oleh gejolak di dalam negeri setelah peristiwa G30S/PKI pada 1 Oktober 1965.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret ini hingga kini masih menuai pro kontra. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa ada berbagai versi Supersemar. Sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Soeharto pun meminta agar Soekarno memberikan surat perintah untuk mengatasi konflik apabila diberi kepercayaan.
Permintaan untuk dititipkan Soeharto kepada tiga jenderal AD yang datang menemui Soekarno di Istana Bogor, 11 Maret 1966 sore.
Ketiga jenderal itu adalah Brigjen Amir Machmud (Panglima Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi).