Tragedi susur sungai Sempor yang menewaskan 10 siswa SMPN 1 Turi menunjukan fakta baru. Mulai dari luapan marah siswa pasca kejadian maut, hingga menyepelekan kondisi cuaca.
Atas kejadian tersebut, polisi telah menetapkan tiga tersangka yang tidak lain ada lah pembin pramuak sekaligus guru di SMPN 1 Turi. Mereka adalah Mereka adalah IYA, R dan DDS.
Abisa, salah seorang siswa SMPN 1 Turi yang selamat dari peristiwa susur sungai maut merasa sedih marah dan trauma bercampur aduk pasca kejadian maut yang minpa 10 temannya.
Meluapkan rasa campur aduk itu Abisa bersama teman-temanya sempat membuat sebuah grafiti di dinding dan tembok sekolah. namun grafiti yang berkurun cukup besar itu menurut ketarangan dari Abisa sudah dihapus pihak sekolah dan menutupnya dengan cat baru.
Rapat Online dengan Pemberitahuan Dadakan
Malam sebelum acara digelar atau Kamis 20 februari 2020 menurut keterangan dari Abisa ada pembahasan melalui salah satu chat komunikasi daring mengenai acara susur sungai yg kan digelar pada keesokan harinya.
Arahan singkat yang terkesan dadakan tersebut menuliskan arahan bahwa esok hari akan digelar kegiatan susur sungai yang akan diikuti oleh siswa kelas 7 dan 8.
"Disampaikan aja kls 7 dan 8 bsk susur sungai. Wajib bersepatu, warna bebas'
Pesan tertulis di media daring tersebut pun direspon dengan beberapa pertanyaan, namun sang guru/ pembica pramuka tersebut hanya menjawab singkat "Nanti kita bahas"
Selang bebera jam kemudian, sekitar 2 jam setelah itu menyusul arahan baru dari sang guru terkait rute susur sungan yang akan ditempuh. "Besok rutenya mulai outbond sempor, naik sebelum bendungan kembangarum,' demikian tertulis di grup tersebut.
Siswa cemaskankan kondisi cuaca
Sebelum tragedi susur sungai terjadi, Abisa memberanikan diri bertanya pada guru pembina. Kecemasan akan kondisi cuaca mendorong Abisa menanyakan hal tersebut.
"Saat itu mendung gelap, geludug (petir) tak henti-hentinya terdengar di utara. Saya tanya, Pak cuaca begini apa tetap mau diteruskan?" ungkap Abi.
Abisa menirukan jawaban guru pembina, "Cuaca seperti ini adalah hal biasa."
Benar saja, arus deras tiba-tiba menerjang saat para siswa berada di tengah sungai. Abi sebisa mungkin meraih tangan teman-temannya.
“Saat itu saya tidak tahu berapa yang hanyut, hilang, dan ada yang meninggal atau tidak, kita semua belum tahu,” akunya. Akhirnya ia mengetahui, 10 temannya tewas dalam peristiwa itu. Sementara Abi mengaku, sempat mengalami trauma.