Pancasila adalah satu-satunya asas yang harus dijadikan pedoman oleh segenap bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Hal ini telah disepakati dan didukung dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah sejak era 1980-an. Akan tetapi ketika beralih kepada era reformasi, asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam. Hal ini sebagai ekspresi atas ketidaksenangan mereka kepada Orde Baru yang dianggap semena-mena.
"Dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif," kata Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi di video chanel youtube Blak-blakan.
Belakangan, lanjut Yudian, ada beberapa kelompok agama yang menggunakan agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Mereka membuat Ijtima Ulama yang isinya adalah menentukan calon wakil presiden. Namun ketika manuver politiknya tak terwujud, bahkan kemudian menafikan politisi yang awalnya disokongnya karena sudah tak sesuai keinginan mereka.
"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," papar Yudian yang masih merangkap sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta.