Ketika virus corona menyebar dari kota metropolitan Wuhan, Yannik Weis adalah mahasiswa Jerman yang sedang studi di China. Dia salah satu dari sekitar 120 orang yang dibawa ke pangkalan militer di Gemersheim untuk masa karantina selama 14 hari.
Kebanyakan warga yang dikarantina seperti Yannik berada dalam keadaan sehat. Namun dia mengakui, situasi karantina dan ancaman virus corona membuat mereka "menjadi stres".
"Kalau mau ke luar kamar, kita selalu harus pakai masker. Kita memang boleh ke luar, jalan-jalan di udara segar, tapi sepanjang waktu harus pakai masker," kata Yannik Weis. Mereka ditempatkan di sebuah barak militer yang khusus disiapkan untuk karantina medis.
Kota Wuhan, kata Yannik Weis, adalah kota yang sangat hidup, sebelum munculnya wabah corona.
"Di mana-mana kelihatan banyak orang, penuh dengan manusia. Tapi setelah (ada wabah) itu, mendadak jalan-jalan kosong," kata Yannik Weis.
Dia mengatakan, meskipun ada perubahan situasi yang mendadak seperti itu dalam kehidupan sehari-hari di Wuhan, penduduk bereaksi dengan tenang dalam situasi itu.
"Semua orang tenang saja, tidak ada kepanikan," tambahnya.
Secara efektif China menutup kota Wuhan dan beberapa kota metropolitan lain dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus.
Pemerintah China mengumumkan bahwa hingga saat ini ada lebih 400 orang meninggal dan lebih 20 ribu orang yang terinfeksi. Angka kematian ini sudah melampaui kasus epidemi SARS, yang antara tahun 2002 dan 2003 menewaskan 249. Namun menurut para ahli, virus corona tidak seganas virus SARS, yang lebih mematikan.