Di Selandia Baru, masyarakat masih mengenang kisah legendaris seekor lumba-lumba bernama Pelorus Jack, yang dikenal sebagai penyelamat para pelaut. Pada awal 1900-an, Jack secara alami memandu kapal-kapal melalui perairan berbahaya di Selandia Baru, terutama di kawasan Pelorus Sound dan French Pass. Dengan naluri luar biasa, Jack membantu kapal-kapal menghindari arus kuat, karang tajam, dan bebatuan yang tersembunyi di bawah permukaan air. Selama 24 tahun, ia menjadi sahabat setia para pelaut, simbol harapan dan perlindungan di laut.
Namun, pada suatu hari yang kelam, sebuah insiden tragis terjadi. Ketika Jack sedang mengikuti kapal feri SS Penguin, salah seorang penumpangnya tiba-tiba menembak Jack tanpa alasan jelas. Jack berhasil melarikan diri dan selamat dari serangan itu. Namun, peristiwa tersebut meninggalkan luka emosional yang mendalam. Jack berhenti memandu kapal-kapal, seolah kehilangan kepercayaan kepada manusia yang pernah dilindunginya.
Lima tahun setelah Jack menghilang, kabar duka menyelimuti perairan tersebut. SS Penguin tenggelam setelah menabrak bebatuan tajam di kawasan yang biasa dipandu oleh Jack. Tragedi ini menewaskan 75 orang dan menjadi salah satu kecelakaan maritim paling memilukan dalam sejarah Selandia Baru.
Pelorus Jack menjadi legenda yang dikenang hingga hari ini. Kisahnya menyampaikan pesan moral yang mendalam tentang pentingnya rasa terima kasih dan penghargaan terhadap alam serta makhluk hidup yang berjasa. Jack, dengan kebaikan tanpa pamrih selama lebih dari dua dekade, memberikan pelajaran berharga bahwa setiap tindakan manusia memiliki konsekuensi, termasuk ketika kita mengkhianati kepercayaan dari alam yang melindungi kita.