Cerita mistis tentang buaya kuning di Kalimantan Selatan (Kalsel) masih dipercaya hingga saat ini. Bagi orang Banjar, tidak merasa asing ada sebagian keluarga yang masih meharagu 'Buaya Kuning' dari peninggalan pedatuannya.
Bila buaya kuning itu tidak 'dimakani', bakalan ada keluarganya yang kesurupan. Cerita bukan isapan jempol dan masih terjadi di era modern sekarang ini.
"Di keluarga ipar saya ada yang masih yang baharagu buaya kuning. Bila tidak 'dimakani', tiba-tiba saja ada salah satu keluarganya kerasukan," papar Sari, warga Banjarmasin.
Menariknya, tingkah laku keluarganya yang kerasukan bak buaya, badannya tengkurap dan merangkak sambil minta sesajen. "Setelah diberi sesajen, baru kesurupannya hilang," ungkap Sari.
Sementara itu, Isna yang memiliki rumah di Landasan Ulin Banjarbaru pernah dirasuki Buaya kuning sewaktu hamil anak ketiga.
"Saya tanpa sadar berbicara, lapar dan sudah lama belum 'dimakani' dan minta disediakan sesajen di antaranya kopi dan lain-lain," ungkapnya.
Setelah sadar, Isna mendatangi alim ulama, supaya diputus hubungan dengan buaya kuning. "Alhamdulillah, sampai sekarang kami sekeluarga tidak diganggu buaya kuning lagi," katanya.
Baca Juga: Cerita Mistis Bayu di Bendung Simongan, Lihat Sosok Meneer Londo dan Kuntilanak
Menurut cerita ibu beranak tiga ini, sebenarnya yang memelihara buaya kuning asalnya dari datunya yang keturunan Dayak Kapuas.
"Beliau setelah kawin dengan datu kami masuk Islam, cuma kebiasaan memelihara buaya itu belun hilang. Namun, kami tidak mengetahuinya. Barulah setelah saya kerasukan buaya kuning, baru menyadarinya," ungkapnya.