Mengerikan! 5 Lokasi Pembantaian Besar-besaran di Indonesia

Mengerikan! 5 Lokasi Pembantaian Besar-besaran di Indonesia

Ekel Suranta Sembiring
2020-07-31 12:25:39
Mengerikan! 5 Lokasi Pembantaian Besar-besaran di Indonesia
Monumen Pembantaian Massal di Makasar (foto: celebes media)

Sejak zaman penjajahan tersebar beberapa lokasi pembantaiaan massal yang dilakuan oleh para penjajah maupun para pemberontak di negara ini.  Pembantaian yang dilakukan memakan korban yang begitu banyak. 

Kali ini Correcto.id merangkum tempat pembantaian massal besar-besaran di Indonesia. Inilah 5 lokasi pembantaian massal yang ada di Indonesia mulai dari zaman penjajahan:

Baca Juga: 

Merinding Dengarnya! 5 Lagu Ini Dianggap Seram dan Berbau Mistis

Kisah Horor Penemuan 2 Jenglot di Embung Bontit Pare Sragen yang Dikenal Sebagai Tempat Angker

Seram! Kisah Misteri Tikungan Jalan di Pinrang Sulawesi Selatan Ini Hampir Setiap Hari Ada Kecelakaan

1. Pontianak, Kalimantan Barat

Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 -hingga 1945, salah satu daerah yang paling ditakuti adalah Kalimantan Barat. Warga disana tidak mau menerima kedatangan Jepang begitu saja setelah Belanda mundur. Jepang menganbil paksa harta benda dan memperkosa anak gadis disana.

Sultan dan para cendikiawan yang berada di Kalimantan Barat pun berkumpul membuat strategi untuk mengusir Jepang dari tanah mereka. Namun rencana ini dibocorkan oleh warga yang berhianat. Jepang yang mengetahui rencana tersebut dan menangkap semua cendikiawan yang berkumpul, termasuk Sultan Pontianak. Mereka dibawa ke Desa Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat untuk dibantai.

Desa Mandor dipilih karena waktu itu belum banyak penduduk yang tinggal di sana dan area hutan masih luah. Diperkirakan para bangsawan dan cendikiawan ini dibunuh dengan semurai, ada juga yang mengatakan mulut mereka dimasukkan selang diisi air hingga meninggal.

Setelah mebantai orang-orang penting itu, Jepang tidak berhenti. Mereka mencari keluarga dari korban dan membunuhnya di lokasi yang sama. Diperkirakan ada dua puluh satu ribu orang yang tewas dipembantaian ini. Peristiwa genosida ini sukses membuat Kalimantan Barat kehilangan kaum intelektual selama tiga dasawarsa.

2. Gerbong Maut, Madiun

Tidak kalah kejam dengan Jepang, tentara Belanda juga melakukan pembantaiaan massal di berbagai tempat. Salah satu kisah pembantaiaan massal terjadi di sebuah rel kreta pengangkutan tahanan rakyat Indonesia. 

Meski sudah dinyatakan merdeka, Belanda tidak mau begitu saja menyerahkan kekuasaannya dan melancarakan serangan di berbagai negara. Pada 22 Februari 1947, Belanda berhasil menduduki Bondowoso dan berkuasa disana. Para pejuang tidak mau diam dan melakukan perlawanan. Beberapa pejuang ini ditangkap oleh Belanda, ada sekelompok pejuang tiba-tiba disergap oleh Belanda ketika mereka sedang bergerilya. Mereka ditahan di penjara Bondowoso.

Tanggal 23 November 1947, tentara berencana memindahkan seratus orang tahanan tersebut ke penjara bubutan di Surabaya. Mereka dimasukkan ke dalam gerbong kreta yang seharusnya untuk mengangkut barang. Selama enam belas jam, para tahanan ini harus berjuang mempertahankan hidup tampa diberikan makanan atau minuman dan udara yang cukup. 

Rakyat yang ada di luar kreta saat melintas pun dilarang mendekati gerbong. Beberapa kali tahanan tersebut teriak meminta minum dan udara tapi tidak digubris. Akhirnya ketika tiba di tujuan kreta berhenti dan setelah didata 46 orang tahanan meninggal karena kekurangan minum dan makanan, sisanya sakit parah dan lemas. Salah satu tahanan mengaku bahwa mereka terpaksa minum air seni dan keringat sendiri untuk bertahan hidup.

3. Makasar, Sulawesi Selatan

Pada 19 Desember 1946 di salah satu desa di Provinsi Makasar pada watuk itu Belanda masih belum menerima kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka. Tentara Belanda masih menekan rakyat di berbagai daerah, salah satunya rakyat Makasar. Dilapangan Desa Batuah tentara Belanda memaksa rakyat menggali sebuah lubang besar, rakyat tidak mengetahui bahwa lubang yang mereka gali itu menjadi sebuah kuburan masal bagi penduduk Makasar.

Sebanyak tiga ribu orang yang nilai pemberontak dan pejuang ditangkap dan dikumpulkan di lapangan itu. Secara bergantian dan diminta duduk berjejer di tepi lubang itu dan ditembak oleh Belanda. Korban yang tertembak jatuh ke lubang hingga tentara Belanda tidak perlu capek mengubur mereka satu persatu. Tidak hanya itu, tentara Belanda juga menobrak pintu-pintu rumah rakyat dan menembaki siapa saja terlihat mencurigakan. Dalam waktu tiga bulan ada empat puluh ribu jiwa yang tewas.

4. Karawang

Kala itu pasukan Belanda mencari seorang pejuang bernama Lukas Sultario yang sepak terjangnya membuat Belanda kesal. Pada 19 Desember 1947,  Belanda melacak jejak kaki Lukas dan mendengar berita bahwa Kapten Lukas tengah berada di Rawa Gede. Mereka pun menyerbu desa itu dengan tiga ratus orang tentara, ketika rakyat Gede baru selesai melakukan solat subuh, Belanda mengedor pintu rumah penduduk dan menggeledah disetiap sudutnya untuk mencari orang yang dijuluki begundal Karawang ini.

Kesal karena yang dicari tidak ditemukan, Belanda memerintahkan semua laki-laki yang berusia diatas empat belas tahun berkumpul di tengah desa, mereka dipaksa untuk memberitahukan keberadaan Kapten Lukas, namun tidak ada yang mau berbicara semua bungkam. Kapten Lukas sebenarnya sudah meninggal sehari sebelum penyergapan Belanda ini. Karena semua bungkam, peluru tentara Belanda akhirnya dilontarkan dan menewaskan senua laki-laku itu. 

Dalam waktu dua belas jam, seluruh laki-laki dewasa di desa ini tewas, tinggallah para janda dan anak-anak yang meratap mencari suami dan ayah mereka.

Baca Juga:

Misteri Gua Surowono di Kediri yang Konon Menjadi Jalan Rahasia Prajurit Kerajaan Panjalu

Kisah Misteri Sosok Hantu Frida yang Dermawan Asal Kediri Konon Suka Bersedekah, Benarkah?

Menyeramkan! Kisah 3 Hotel Ini Konon Diyakini Punya Cerita Menyeramkan

5. Madiun, Jawa Timur

Monumen Kresek di Madiun, Jawa Timur adalah lokasi sekaligus saksi pembantaian PKI tahun 1948. Titik tempat monumen Kresek berdiri dulunya merupakan sebuah rumah yang dijadikan PKI sebagai ajang pembantaiaan warga sekitar. Warga-warga dikurung di dalam rumah kemudian rumah dibakar bersama warga yang ada di dalamnya. 

Patung dan relife itu yang berada di area menumen itu menggambarkan kronologis kejadian pembantaiaan dan dilakukan oleh PKI. Tidak hanya warga, beberapa anggota tentara juga ikut menjadi korban dalam pembantaiaan massal ini. Ada sebuah sumur di area ini yang dijadikan makam korban pembantaian disini. Didekatnya diukir nama-nama pamong desa yang dibantai. Salah satu prajurit TNI yang gugur dalam pembantaian itu adalah Kolonel Marhadi.


Share :