Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meminta masyarakat di lereng Gunung Merapi tidak panik tapi tetap waspada. Pernyataan tersebut, dia katakan setelah Gunung Merapi mengalami pengembungan pasca letusan pada 21 Juni 2020 lalu.
"Secara keseluruhan kita sudah mendapatkan penjelasan yang cukup bagus baik secara teknis, teman-teman dari Badan Geologi. Ini sudah dijelaskan kondisi Merapi dari seluruh stasiun pengamatan, intinya Merapi itu perutnya lagi membengkak. Artinya apa, kalau lagi membengkap ada gerakan di dalamnya. Kemungkinan ya dari magma itu sendiri. Kalau orang awam seperti saya itu memahami, oh lagi bengkak, ada sesuatu, bisa mengeluarkan juga sesuatu. Apakah bisa gas, apakah bisa masterial. Itu kira-kira saya cara menangkapnya," kata Gubernur Ganjar Pranowo di Pos Pengamatan Gunung Api Merapi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Rabu 8 Juli 2020.
Baca Juga: Akhirnya Kaldera Toba Ditetapkan Jadi UNESCO Global Geopark
Unuk itu, Ganjar meminta masyarakat terus waspada. Masyarakat tetap bisa bekerja sehari-hari. Namun dia menegaskan tidak boleh ada aktivitas manusia dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Menghadapi kondisi aktivitas Gunung Merapi, lanjut Ganjar, masyarakat diminta latihan evakuasi pengungsian. Karena saat ini kondisinya masih dalam masa pandemi virus Corona atau COVID-19, maka latihan evakuasi pengungsi dilakukan dengan protokol kesehatan. Latihan itu penting, kata Ganjar, agar masyarakat terbiasa.
Baca Juga: Kabar Gembira Akhirnya Google Rilis Fitur Mode Gelap untuk Aplikasi Docs, Sheets dan Slides
"Terus latihan dan latihannya kita tambahi lagi karena masih dalam masa pandemi COVID, maka kita minta untuk dibuatkan jarak di antara mereka. Tadi Pak Lilik (dari BNPB) kasih gambar ke saya bagus. Pengalaman di Jepang, tempatnya lapang, bisa menggunakan gedung-gedung, balai-balai. Tetapi setiap orang dikotaki pakai kardus. Jadi rumah kardus kecil-kecil, sehingga bisa mengasingkan diri dari kanan kiri. Ini menurut saya cukup bagus," katanya.
Sumber: Detik.com, Kompas.com