Putus asa dan harapan mewarnai pikiran sejumlah orangtua calon siswa di hari pertama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DKI Jakarta 2020 jalur prestasi.
Bagi para orangtua semacam itu, masuk ke sekolah negeri adalah kebahagiaan yang hakiki. Namun, saat hal itu tak tercapai, kekecewaan pun muncul.
Salah satunya Linda W, terisak-isak bercerita tentang nasib anaknya yang berusia 15 tahun saat mengikuti PPDB DKI Jakarta 2020 jenjang SMA.
Baca Juga: Viral, di Papua Harga 10 Kg Beras Setara 4 Gram Emas
Ia telah menyaksikan anaknya belajar hampir setiap hari untuk bisa masuk sekolah impiannya.
Hingga Rabu sore kemarin sekitar pukul 15.00 WIB, Syahreza Pahlevi Ginting masih memantau data PPDB DKI 2020 jalur prestasi. Ia belum mendaftarkan anaknya ke sistem PPDB DKI Jakarta 2020.
"Mungkin nanti malam, atau besok," kata Reza.
Kesempatan untuk masuk sekolah negeri pilihan untuk anaknya kecil. Ia melihat total skor calon peserta didik baru lainnya lebih tinggi dan melebihi daya tampung jalur prestasi.
Sejak pagi dibuka pada Rabu pukul 08.00 WIB, ia hanya memantau data. Kemarin pagi, ia juga harus menemani anaknya menempuh ujian online untuk masuk sekolah swasta.
Cepat terpentalnya calon peserta didik baru itu dinilai akibat seleksi yang tak adil. Sejumlah orangtua sepakat adanya disparitas akreditasi antara sekolah negeri dan swasta berpredikat "mahal" yang memberatkan calon peserta didik baru dari sekolah negeri.
Baca Juga: Fenomena pada 4 Juli, Bumi Berada di Titik Terjauh dengan Matahari
Dasar seleksi PPDB DKI Jakarta jalur prestasi akademik dinilai dari rata-rata nilai (mapel Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan IPS) rapor SMP/MTs kelas 7, 8, dan 9 semester 1 yang telah divalidasi dikali nilai akreditasi sekolah bagi calon peserta didik baru SMA / SMK.