Tepat 20 Mei 1908 atau 112 tahun lalu lahirlah organisasi Boedi Oetomo ( Budi Utomo). Budi Utomo disebut-sebut sebagai organisasi modern pertama di Indonesia. Kelahirannya kemudian dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang setiap tahunnya diperingati Bangsa Indonesia.
Organisasi ini didirikan oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo. Pada 1908 dia berkeliling Jawa mencari dana untuk membiayai pelajar-pelajar yang pandai tapi miskin.
Dokter yang akrab disapa dengan Mas Wahidin itu, saat ke Jakarta bertemu dengan 3 orang mahasiswa sekolah kedokteran Stovia. Mereka adalah Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, dan Suraji.
Ketiga mahasiswa itu sudah lama mengagumi Mas Wahidin lewat majalah Retno Dumilak. Dalam pertemuan itu, Sutomo mengusulkan kepada Mas Wahidin agar usaha-usahanya diperluas.
Singkat kata, 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bangsa Belanda waktu itu melihat lahirnya Budi Utomo sebagai bangkitnya Indonesia.
Hari Kebangkitan Nasional jatuh setiap tanggal 20 Mei setiap tahunnya. Makna dari kebangkitan nasional itu sebenarnya adalah titik awal bangkitnya rasa persatuan dan kesatuan setelah tempaan 350 tahun masa penjajahan.
Pergerakan tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja. Ada pihak-pihak yang menjadi pelopor tergeraknya rasa persatuan dan kesatuan untuk bangkit. Tokoh-tokoh berikut adalah pelopornya.
1. Sutomo
Tokoh yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo ini memang tokoh yang banyak berpengaruh pada perjuangan rakyat, khususnya rakyat Surabaya. Masih ingatkah kamu pidatonya yang begitu menggebu-gebu untuk membangkitkan semangat arek-arek Surabaya?
Saat itu di tahun 1945, Bung Tomo hendak membangkitkan rasa persatuan guna mengusir NICA, peristiwa inilah yang menjadi asal muasal peringatan hari Pahlawan pada 10 November.
2. Ir. Soekarno
Tokoh yang juga dikenal sebagai orator handal yang bisa menggerakan emosi siapapun yang mendengarnya, ikut tergugah dan memiliki satu visi misi terhadap esensi pidato yang disampaikan.
Tokoh proklamator Indonesia, pencetus pancasila, dan membina hubungan internasional merupakan peranan Soekarno. Bahkan, Soekarno yang menerapkan gerakan non-block kala itu berhasil bekerja sama dengan Uni Soviet -sekarang Rusia- dan namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Rusia.
3. Dr. Cipto Mangunkusumo
Salah satu tokoh "tiga serangkai", pendiri Indische Partij, salah satu organisasi politik pertama yang rajin melontarkan kritik terhadap pemerintahan. Sikap kiritsnya memang sudah tampak sejak bersekolah di STOVIA. Banyak tulisan-tulisan dirinya yang memuat kritik ketidakpuasan akan pemerintahan Belanda yang sedang berjalan saat itu.
Tulisan-tulisannya dimuat di De Locomotief, suratkabar harian kolonial yang berkembang saat itu. Fokus tulisan darinya berada di topik sistem pemerintahan, juga diskriminasi yang dilakukan terhadap pribumi.
4. Ki Hajar Dewantara
Bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, menjadi Ki Hajar Dewantara sejak tahun 1922. Tidak hanya berperan dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga seorang politisi dan kolumnis. Juga tokoh "tiga serangkai" pendiri Indische Partij.
Langkah terbesarnya dengan mendirikan Taman Siswa. Lembaga yang membuka kesempatan bagi rakyat jelata untuk memperoleh pendidikan yang layak. Seperti yang kita tahu, saat era kolonial tidak semua orang pribumi bisa mengenyam pendidikan. Hanya anak-anak dari bangsawan dan orang-orang berpengaruh yang diizinkan duduk di bangku sekolah.
5. dr. Douwes Dekker
Penulis kritik tentang pemerintah, wartawan, serta aktivis politik menjadi hal-hal yang mengidentikkan diri dengan tokoh yang memiliki nama lengkap dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker ini. Selain itu, beliaulah penggagas nama Nusantara sebagai tanah Hindia Belanda yang merdeka.