Ada puisi 'Pecahkan saja gelasnya biar ramai’ adalah sepotong baris puisi karangan Rako Prijanto yang juga terkenal di film layar lebar Ada Apa dengan Cinta. Mungkin sudah tidak asing lagi telinga kita mendengarnya. Puisi ini, dalam filmnya, membuat Rangga memenangkan lomba puisi di sekolahnya, sekaligus menarik perhatian Cinta.
Tak hanya itu saja nah, tenang, kita juga bisa kok menulis puisi bagus seperti Rangga, atau Rako Prijanto di dunia nyatanya. Di sini, Bacaterus akan memberi tips-tips yang mungkin bisa membantu kalian untuk membuat puisi dan mengembangkan kemampuan menulis puisi kalian.
Tips di sini bisa untuk dipraktikkan membuat puisi cinta atau pun puisi bebas. Baca terus, yuk!
1. Judul Puisi
Untuk yang pertama pasti judul merupakan salah satu daya tarik yang berperan penting untuk menarik minat pembaca. Jadi, ada baiknya jika kita memilih judul menarik, catchy, indah dan berkesan sehingga pembaca berminat dan akhirnya memutuskan untuk membaca puisi kita.
Biasanya, pembaca akan lebih tertarik dengan judul-judul yang unik dan tidak biasa. Kita bisa berkreasi untuk membuat judul sekreatif mungkin. Namun, tetap ingat relevansinya dengan isi puisi kita, ya!
2. Diksi
Diksi atau pemilihan kata menjadi keunikan sebuah puisi. Banyak puisi bagus yang terdiri dari pemilihan kata-kata sederhana, dipakai di keseharian dan tidak asing di telinga. Banyak juga puisi bagus dengan pemilihan kata-kata yang jarang dipakai atau didengar orang.
Bahkan tak hanya itu saja sebenarnya, hal ini bergantung pada selera masing-masing. Tidak ada yang menuntut kita harus menggunakan diksi seperti apa. Tetap ikuti saja keinginan jari dan hati kita, ekspresikan diri sendiri; tergantung gaya menulis kita masing-masing.
Jika gaya menulis kita memang sederhana, tuliskanlah puisi dengan bahasa yang sederhana. Jika kita lebih suka menulis puisi dengan kata-kata yang rumit dan ‘bersayap’, tidak usah ragu untuk menuliskannya juga.
3. Rima
Ingat pelajaran Bahasa Indonesia, yang menerangkan rima a-b-a-b? Yup, rima juga sangat berguna untuk pembacaan puisi yang lebih tertata. Tidak jarang, memang, para penulis puisi mengabaikan keberadaan rima, terutama pada puisi baru, tapi rima menjadi esensial untuk menambah lantunan membaca.
Pembuatan rima juga merangsang sisi kreativitas kita untuk mencari kata-kata lain agar dapat memenuhi lantunan di kata sebelumnya. Tidak ada salahnya juga, kan, kita sebagai penulis puisi mengeksplor kata-kata baru?
kata-kata berima cukup signifikan. Pembaca disuguhkan permainan kata-kata, membuat mereka memiliki jalan dan cara lain untuk membaca suatu karya, terutama puisi. Rima juga membuat baik pembaca, maupun penulis sebagai pembaca, mempunyai kemampuan untuk mempersepsikan suara bahasa dan memiliki kesadaran fonologis.
4. Bait
Untuk yang satu ini, jangan samakan bait puisi dengan baris/larik puisi, ya! Perbedaannya, baris/larik puisi adalah satu kalimat atau satu baris di dalam bait. Yup, baris/larik adalah bagian dari bait. Bait sendiri adalah kumpulan baris/larik yang tersusun rapi.
Puisi lama biasanya membatasi satu bait terdiri dari empat larik. Namun, dalam kasus puisi baru, larik yang terdapat dalam sebuah bait tidak dibatasi. Contohnya bisa dilihat dari puisi dalam ilustrasi gambar di atas.
Kita bisa membuat bait sesuai kemauan atau mengikuti jenis-jenis bait yang sudah ada, yaitu distikon (puisi dengan masing-masing dua baris di tiap bait), terzina (terdiri dari tiga baris per bait), kuatren (empat baris per bait), kuint (lima baris per bait), sekstet (enam baris per bait), septima (tujuh baris per bait), oktaf atau stanza (dobel kutrain; terdiri dari delapan baris per bait), atau sonata (terdiri dari empat baris di masing-masing dua bait pertama dan tiga baris di masing-masing dua bait terakhir).
5. Penutup Puisi
Puisi biasanya akan lebih mengena jika ditutup dengan akhiran yang dramatis dan ‘menusuk’ pembacanya, memungkinkan puisi agar bisa dibaca lebih dari satu kali. Pemilihan akhir puisi ini menjadi taktik yang bisa dimanfaatkan sebagai ungkapan ‘save the best for the last’, atau ‘siapkan yang terbaik di bagian akhir’.
Selain dengan dramatis, kita juga bisa melebarkan kreativitas dan memilih akhir puisi yang justru tidak dapat dibayangkan oleh pembaca kita, atau membuat sebuah twist di akhir.
6. Keterbacaan
Setelah mengikuti tips-tips di atas, kita juga harus ingat bahwa kita harus menyampaikan maksud dan tujuan puisi kita dengan cara yang dapat dimengerti oleh orang lain.
Sekarang, coba terapkan tips-tips di atas sebelum mulai menuliskan puisi. Namun, perlu diingat bahwa salah satu tujuan puisi adalah sebagai ekspresi hati kita yang dituangkan ke dalam kata-kata. Maka, jangan terlalu terpaku pada ‘rumus-rumus’ yang ada, jadikanlah sebagai arahan untuk mempermudah proses penulisan.