Tanpa Paku, Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu Tetap Berdiri Kokoh

Tanpa Paku, Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu Tetap Berdiri Kokoh

Alpandi Pinem
2020-04-18 17:54:38
Tanpa Paku, Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu Tetap Berdiri Kokoh
Rumah Adat Siwaluh Jabu di Medan (Istimewa)




Keanekaragaman budaya Indonesia memang tidak ada habisnya untuk dikagumi dan dipelajari. Keanekaragaman suku bangsa dan bahasa dapat dilihat dari hasil-hasil budaya yang memiliki ciri khas masing-masing dan telah menjadi identitas budaya yang mampu dipertahankan hingga kini.

Seperti suku-suku lainnya yang memiliki rumah adat, di Suku Karo yang terdapat di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, juga terdapat rumah adat, dimana rumah adat Karo bernama Rumah Siwaluh Jabu.

Rumah Adat Karo sangat terkenal akan keindahan seni arsitekturnya yang khas, gagah dan kokoh dihiasi dengan ornamen-ornamennya yang kaya akan nilai-nilai filosofis.
Bentuk, fungsi dan makna Rumah Adat Karo menggambarkan hubungan yang erat antara masyarakat Karo dengan sesamanya dan antara manusia dengan alam lingkungannya.
Pemilihan bahan untuk membangun Rumah Adat Karo serta proses pembangunannya yang tanpa menggunakan paku besi atau pengikat kawat, melainkan menggunakan pasak dan tali ijuk semakin menambah keunikan Rumah Adat Karo.  

Untuk menjumpai Rumah Adat Karo  Siwaluh Jabu saat ini tidak harus berkunjung jauh-jauh ke Kabupaten Karo, dimana di Medan sudah dapat dikunjungi tepatnya berada di Jalan Bunga Herba 5, Nomer 89, Kota Medan.

Rumah adat Siwaluh Jabu artinya dalam bahasa Karo, Waluh artinya 8 dan Jabu artinya rumah. Jadi Siwaluh Jabu merupakan rumah adat Karo yang memiliki 8 ruangan dan dapat dihuni oleh 8 keluarga.

Siwaluh Jabu pertama di Kota Medan, yang dibawa langsung dari Karo. Tepatnya berlokasi di Desa Pernantin, Kecamatan Juhar Tanah Karo. Bangunan masih asli, yaitu dibangun tanpa menggunakan Paku.

Bangunan Siwaluh Jabu yang sudah ada semenjak 1893 di desa tersebut, 'dipindahkan' ke Kota Medan, oleh seorang warga Kota Medan bernama Fernando Barus.

Hal dilakukan tentunya atas kesepakatan bersama oleh pemanggku adat yang ada di desa tersebut. Pemindahan bangunan tersebut, bertujuan untuk melestarikan budaya Karo melalui bangunan Siwaluh Jabu, kepada generasi muda Kota Medan dan sekitarnya.

Bangunan Siwaluh Jabu ini dibangun kembali di atas lahan tanah seluah 7.000 meter kubik.
Luas bangunan Siwaluh Jabu ini sekitar 14 meter x 16 meter persegi.

Material bangunan yang dipakai sebagian besar menggunakan kayu hutan yang sudah berusia ratusan tahun. Bangunan ini juga memiliki 10 ribuan batang bambu untuk kerangka atapnya. Lalu, atapnya menggunakan ijuk yang berasal dari pohon aren.

Alasan kuat penggunaan ijuk di bagian atap bangunan rumah adat ini. Selain tahan sampai ratusan tahun, ijuk pun berfungsi menyimpan panas dan dingin.

Sementara itu, Siwaluh Jabu juga dibangun seperti rumah panggung, dan di bawah difungsikan sebagai tempat ternak, penyimpanan lumbung padi, dan menyimpan hasil panen atau bibit perkebunan serta pertanian. Jadi, bagi Anda yang ingin datang ke rumah adat Karo ini, langsung saja datang dan rasakan kemegahan, dan bentuk ukiran yang memiliki banyak arti di rumah adat ini. Begitu tiba dilokasi setiap pengunjung dikenakan uang retribusi sebesar Rp 10.000 per orang.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30